Perjalanan
ke Andalusia, bagian selatan Spanyol ini berawal dari beberapa tahun yang lalu,
terinspirasi dari buku-buku yang menceritakan tentang keindahan istana Alhambra.
Karena penasaran dengan wujud asli dari istana yang dibangun oleh Muhammad ibn
al-Ahmar ibn Nasr (pendiri Dinasti Nasrid), maka sejak 2 tahun yang lalu kami
menabung supaya bisa berkunjung dan melihatnya langsung.
Tahun
711, kaum Muslim dari Afrika Utara memasuki kawasan Iberia (Spanyol dan
Portugal) atau juga dikenal sebagai provinsi Andalusia, untuk membantu Raja
Visigoth bernama Witiza, di masa itu sedang berseteru dengan saudaranya,
Roderick. Akibat dari ketidak kompetenan kaum Visigoth ini, maka lambat laun
kaum Muslim mulai memerintah di seluruh semenanjung Iberia, kecuali sebuah
wilayah kecil di utara yang disebut Cantabria.
Tahun
912, Abd-ar Rahman menjadi Emir Cordoba di awal usia 20-an tahun, dan menjadi
penguasa terkuat di semenanjung Iberia. Beliau menjadi penguasa setelah
kakeknya, Emir Abdallah, lebih cenderung memilih cucunya, dibandingkan
anak-anaknya sendiri, sebagai pewaris tahta. Sang Emir kemudian melakukan
konsolidasi di internal kerajaan dan memperluas wilayah kekuasaannya, mulai
dari Cordoba hingga ke Sevilla, Granada dan Malaga. Istana dan pusat
pemerintahan beliau berada di Medina Azahara (sekitar 5 km dari pusat kota
Cordoba). Di masa puncaknya, terdapat sekitar 3.000 masjid dan 100.000 toko di
sekitar kota Cordoba.
Tahun
1212, Emirates Cordoba jatuh ke tangan Raja Spanyol dalam kampanye Reconquista
(penaklukan kembali). Seluruh wilayah kaum Muslim di Andalusia telah jatuh ke
tangan kaum Kristen Kerajaan Spanyol, kecuali wilayah Granada, yang terbentang
dari Almeria di timur hingga selat Gibraltar yang berbatasan dengan Afrika
Utara. Kontur pegunungan Sierra Nevada di sekeliling kota Granada yang
membuatnya bak benteng alam serta Istana Alhambra yang terletak jauh di puncak
bukit dengan desain dan arsitektur militer untuk menjaganya dari serbuan musuh,
membuat penguasa Katolik Spanyol di utara enggan untuk menyerang.
Tahun
1246, Raja Ferdinand III akhirnya memutuskan untuk membiarkan Muhammad ibn al-Ahmar ibn Nasr mengkonsolidasikan
kerajaan-kerajaan di selatan (Granada, Almeria dan Malaga) yang ber ibu kota di
kota Granada, dengan syarat memberikan upeti
tahunan (tribunal) kepada sang Raja.
Masa
kejayaan Granada berlanjut hingga 200-an tahun lamanya: dilanjutkan oleh Sultan
Yusuf I (1333-54), sampai Sultan Muhammad V (1354-91), namun akhirnya berakhir
di jaman Sultan Boabdil (Abu-Ahd-illah) tahun 1492 – hal ini karena politik
pecah belah yang dilakukan oleh penguasa Spanyol pada waktu itu: Raja Ferdinand
of Aragon dan Ratu Isabella of Castile (mereka mendapat julukan Monarki Katolik
oleh Paus), sehingga Boabdil berkhianat terhadap ayahnya, yang menyebabkan
Emirate of Granada menjadi lemah.
Ada
literatur yang mengatakan bahwa, penguasa Spanyol yang didukung oleh Paus di
Vatikan dan pejuang perang Salib, ingin membalas dendam atas kekalahan kaum
Kristen di Konstantinopel yang telah jatuh ke tangan Dinasti Ottoman yang
Muslim. Maka penaklukan Granada, kesultanan Islam terakhir di tanah Eropa, akan
membuat skor menjadi 1-1 bagi mereka.
Berbicara
mengenai desain dan arsitektur bangunan di Andalusia, banyak bangunan yang
terinspirasi dari desain yang bernafaskan Islam dari Timur Tengah dan Afrika
Utara. Seperti contoh Masjid Mezquita, Cordoba, sultan pada waktu itu
memerintahkan pembangunan masjid, dengan desain yang merujuk pada Masjid Raya
di Damaskus, Syiria – sebagai simbol pertalian antara Dinasti Ummayad dan Emir
Cordoba. Kemudian, Masjid Raya tersebut berubah fungsi menjadi gereja kathedral
di bawah kekuasaan Monarki Katolik Spanyol.
Istana
Alhambra, adalah contoh lain perjalanan panjang sejarah desain dari desain
bernafaskan Islam yang dominan menggunakan ayat-ayat suci sebagai elemen dekorasi
dan bentuk geometris (karena filosofi Islam sendiri, sesuai petunjuk
Rasullulah).
Kemudian
di tangan penguasa Kristen Spanyol, banyak perubahan yang dilakukan sesuai
perkembangan zaman, meskipun masih menggunakan tenaga ahli kaum Mudéjar (ahli
desain dan arsitektur Muslim yang berada di bawah penguasa Kristen Spanyol),
dan kemudian dilanjutkan oleh orang asli Spanyol sendiri setelah orang-orang
Muslim diusir keluar dari Andalusia. Sebagai contoh Istana Charles V, yang
berada di tengah-tengah kawasan Alhambra, dengan arsitektur yang banyak
dipengaruhi desain tiang-tiang Romawi dan ornamen yang sedang trend di masa itu
(perpaduan antara Plastereque, Gothic, Mannerism dan Rennaisance).
Banyak
yang tidak tahu, bahwa nama Alhambra berasal dari nama pendiri Dinasti Nasrid
yaitu Al-hamar, yang artinya kurang lebih Istana untuk melindungi si Merah
(Muhahmmad Al Hamar di gambarkan memiliki janggut merah). Namun, yang lebih
unik lagi, istana tersebut sebenarnya bukanlah berwarna merah seperti sekarang,
justru zaman dahulu dicat putih oleh Sultan untuk supaya lebih dingin karena
warna putih cenderung menolak panas. (Spanyol selatan beriklim seperti kawasan
Mediteranea: bermandikan cahaya matahari dan suhu antara 17-30 derajat
celcius).
Spirit
dari desain Mudéjar, akhinrya diserap
oleh seniman-seniman Spanyol sendiri di kota lain, dan menjadi gerakan Neo-Mudéjar. Contohnya adalah Gaudi, arsitek kebanggaan kota
Barcelona di Catalonia, yang menerapkan elemen-elemen Mudéjar di karyanya seperti Casa Vicens dan La Pedrera.
Suhu
yang ramah (rata-rata 17-30 derajat celcius), tanah yang subur, sinar matahari
yang melimpah, letak yang strategis di pintu gerbang Laut Tengah, membuatnya
wilayah Andalusia mencapai kemakmurannya sampai sekarang. Budaya, desain, serta
arsitektur berkembang pesat seriring dengan kemajuan ekonomi kesultanan (tahun
900 – 1200M).